Wayang
Keindahan
adalah bagian dari kehidupan yang memiliki sifat universal. Dengan kata lain ia
memiliki tingkatan kualitas dan juga terbatas dalam hubungannya dengan
indra. Unsur-unsur yang melekat daripadanya
dapat dicerap (indra) dalam bentuk kelembutan, kebaikan, keutamaan budi,
keselarasan dan jika sesuatu yang berharga disitu dipastikan ada nilai yang
indah. Misal Bentuk karya seni yang keluar memiliki pernyataan rasa sadar/non
sadar atas kondisi yang alamiah, dimana
setiap insane ciptaan-Nya memiliki nilai-nilai tersebut.
Wayang, bayang/ayang adalah gambaran abtrak dari kehidupan
yang memiliki perlambang, symbol budaya dari masa lampau dan mungkin
secara logis/non logis masih mempengaruhi pola kehidupan manusia. Symbol atau perlambang memiliki tali
pertautan dengan kehidupan, menjembatani pola pemikiran dari generasi ke
generasi, kadang symbol merupakan pola/pertanda untuk menangkap hal – hal atau
pesan yang tersamar dan sulit dicerap yang bersifat mengingatkan akan keterbatasan,
gejolak perubahan, atau kemalangan, cinta-kasih . Di
mana rasa sulit dijelaskan (abstrak) akan terangkum dalam symbol tersebut. Selain
itu Wayang juga digunakan sebagai ritual adat mewakili rasa syukur atas Rahmat
dan Karunia Tuhan Yang Maha Esa.
Pada dasarnya
lakon Wayang ada bermacam-macam, diambil dari naskah dua kitab Ramayana maupun
Mahabaratha. Bentuk dan pagelaran wayang ada beberapa jenis : yaitu Wayang Kulit,
Wayang Golek, Wayang Orang, Wayang Beber, Wayang Krucil. Dalam kehidupan
masyarakat, di Jawa umumnya nilai-nilai kewajaran dan keharmonisan sangat
diutamakan. Selain itu juga menjunjung tinggi nilai-nilai luhur dan azas
kebersamaan/gotong royong, dimana segala persolan/perbedaan selalu dapat dimusyawarahkan
terlebih dahulu. Wayang mendapat tempat, untuk memberi bimbingan, petuah, pesan
leluhur dengan karakter (tokoh) yang ditampilkan.
Figure /
karakter (tokoh) wayang yang menjadi panutan oleh setiap insan, selalu mengingatkan
akan prinsip yang harus di junjung dalam menjalankan kewajiban, ketabahan
menghadapi cobaan, rela berkorban untuk kepentingan orang banyak. Kebijaksanaan
dalam mengambil keputusan, dan juga mendidik kemampuan dalam berfikir. Menggabungkan
berbagai peristiwa yang mempengaruhi perkembangan kebudayaan melalui tokoh
dalam lakon . Berusaha menerima kondisi
dan merumuskan langkah apa yang terbaik untuk dilakukan.
Mengambil
dari bait yang di tulis dalam Kitab Wulang Reh (Paku Buwono IV) Pupuh Maskumambang:
Kang atuduh marang
sampurnaning urip,
Tumekeng antaka,
Madhangken petenging ati,
Abeneraken marga mulya
Terjemahan:
Yang memberi pelajaran
tentang kesempurnaan hidup
Sampai mati
Menerangi gelapnya hati
Membetulkan kepada jalan
yang mulia
Demikian
seperti ungkapan tersebut, dimana setiap
pertujukan wayang, akan mengigatkan (penonton) agar untuk jangan melupakan kebudayaan
warisan leluhur. Selalu menjaga martabat dan kesatuan bangsa, memberikan tauladan setiap
ke generasi, berdasar pada nilai-nilai Ketuhanan dan Kemanusiaan.