Kamis, 29 Agustus 2013

Melestarikan Warisan Budaya

Wayang




Keindahan adalah bagian dari kehidupan yang memiliki sifat universal. Dengan kata lain ia memiliki tingkatan kualitas dan juga terbatas dalam hubungannya dengan indra.  Unsur-unsur yang melekat daripadanya dapat dicerap (indra) dalam bentuk kelembutan, kebaikan, keutamaan budi, keselarasan dan jika sesuatu yang berharga disitu dipastikan ada nilai yang indah. Misal Bentuk karya seni yang keluar memiliki pernyataan rasa sadar/non sadar  atas kondisi yang alamiah, dimana setiap insane ciptaan-Nya memiliki nilai-nilai tersebut.

Wayang, bayang/ayang adalah gambaran abtrak dari kehidupan  yang memiliki perlambang, symbol budaya dari masa lampau dan mungkin secara logis/non logis masih mempengaruhi pola kehidupan manusia.  Symbol atau perlambang memiliki tali pertautan dengan kehidupan, menjembatani pola pemikiran dari generasi ke generasi, kadang symbol merupakan pola/pertanda untuk menangkap hal – hal atau pesan yang tersamar dan sulit dicerap yang bersifat mengingatkan akan keterbatasan, gejolak perubahan, atau kemalangan, cinta-kasih .  Di mana rasa sulit dijelaskan (abstrak) akan terangkum dalam symbol tersebut. Selain itu Wayang juga digunakan sebagai ritual adat mewakili rasa syukur atas Rahmat dan Karunia Tuhan Yang Maha Esa.

Pada dasarnya lakon Wayang ada bermacam-macam, diambil dari naskah dua kitab Ramayana maupun Mahabaratha. Bentuk dan pagelaran wayang ada beberapa jenis : yaitu Wayang Kulit, Wayang Golek, Wayang Orang, Wayang Beber, Wayang Krucil. Dalam kehidupan masyarakat, di Jawa umumnya nilai-nilai kewajaran dan keharmonisan sangat diutamakan. Selain itu juga menjunjung tinggi nilai-nilai luhur dan azas kebersamaan/gotong royong, dimana segala persolan/perbedaan selalu dapat dimusyawarahkan terlebih dahulu. Wayang mendapat tempat, untuk memberi bimbingan, petuah, pesan leluhur dengan karakter (tokoh)  yang ditampilkan.

Figure / karakter (tokoh) wayang yang menjadi panutan oleh setiap insan, selalu mengingatkan akan prinsip yang harus di junjung dalam menjalankan kewajiban, ketabahan menghadapi cobaan, rela berkorban untuk kepentingan orang banyak. Kebijaksanaan dalam mengambil keputusan, dan juga mendidik kemampuan dalam berfikir. Menggabungkan berbagai peristiwa yang mempengaruhi perkembangan kebudayaan melalui tokoh dalam lakon . Berusaha  menerima kondisi dan merumuskan langkah apa yang terbaik untuk dilakukan.

Mengambil dari bait yang di tulis dalam Kitab Wulang Reh (Paku Buwono IV) Pupuh Maskumambang:

Kang atuduh marang sampurnaning urip,
Tumekeng antaka,
Madhangken petenging ati,
Abeneraken marga mulya

Terjemahan:

Yang memberi pelajaran tentang kesempurnaan hidup
Sampai mati
Menerangi gelapnya hati
Membetulkan kepada jalan yang mulia

Demikian seperti ungkapan tersebut,  dimana setiap pertujukan wayang, akan mengigatkan (penonton) agar untuk jangan melupakan kebudayaan warisan leluhur. Selalu menjaga martabat  dan kesatuan bangsa, memberikan tauladan setiap ke generasi, berdasar pada nilai-nilai Ketuhanan dan Kemanusiaan.