Senin, 16 April 2012

Mengenal Wirid Hidayah Jati

Wirid Hidayah Jati merupakan satu bentuk karya Pujangga Ronggowarsito yang berusaha menyelaraskan dan berusaha mempertemukan tradisi kejawen dengan unsur-unsur etika dan filsafat kerohanian tasawuf. Dalam hal filsafat kerohanian dan ketuhanan, Ronggowarsito dalam Wirid Hidayah Jati memilih ajaran tasawuf yang berkembang di Aceh abad ke-17 Masehi, yakni ajaran martabat tujuh yang dikembangkan oleh Syamsudin Pasai dan Abdul ar-Rauf Singkel. Ajaran martabat tujuh ini memang merupakan pengembangan dari ajaran tasawuf  Ibnu Arabi yang sering disebut berpaham monoisme(wahdat al wujud) dengan teori penciptaan tajaliyat-nya, yaitu suatu ajaran yang mengatakan bahwa alam semesta  dan manusia merupakan penampakan keluar (manifestasi) yang bertingkat-tingkat dari yang Maha Esa, yaitu Tuhan. Dalam ajaran martabat tujuh diterangkan manusia-manusia tercipta dari tajalli Dzatullah melalui tujuh martabat. Mengenai perincian dari martabat tujuh sudah disebutkan tadi#1, dalam perkembangan dan perubahannya  Wirid Hidayah Jati ini sering disesuaikan dengan alam pikiran kejawen. Ini merupakan bentuk strategi budaya yang diterapkan oleh Ronggowarsito sebagai Pujangga Mataram untuk menjembatani jurang perbedaan antara lingkungan kebudayaan kejawen dengan lingkungan kebudayaan pesantren.

Minggu, 15 April 2012

Pokok-Pokok Ajaran Wirid Hidayah Jati

        Wirid Hidayah Jati mengajarkan bahwa Zat Tuhan memiliki berbagai macam sifat, asma, dan af'al. Tuhan digambarkan sebagai Zat yang berkehendak  berkarya secara aktif, sebagai pencipta dan penguasa alam semesta. Dengan adanya sifat asma, dan af'al ini berarti wirid hidayah mengajarkan paham ketuhanan yang bersifat Theis.
        Adapun konsepsi tentang manusia , Wirid Hidayah Jati mengetengahkan ajaran martabat tujuh yang berasal dari kitab Al Tuhfah al Mursalah ila Rub al -Nabi karya Muhammad Ibnu Fadlillah (seorang sufi India yang wafat tahun 1620). Martabat tujuh adalah pengembangan dari suatu faham ketuhanan dalam tasawuf yang cenderung ke arah pantheitis-monis. Suatu paham yang mengatakan bahwa segala yang ada di alam semesta ini merupakan aspek lahir dari suatu hakekat yang tunggal, yakni Tuhan. Menurut Muhammad Ibnu Fadlillah, Tuhan sebagai zat mutlak yang kadim tidak dapat diketahui oleh pancaindra, akal maupun khayal (waham). Tuhan sebagai wujud mutlak baru bisa dikenal setelah ber-tajjalli (menampakan keluar) sebanyak tujuh martabat. Ketujuh martabat berurutan sebagai berikut:

a.   Alam Abadiyat, Yaitu martabat Zat yang bersifat la'ta'yun atau martabat sepi. Yaitu zat yang bersifat   mutlak, tiada dikenal oleh siapapun.
b.   Martabat Wahdat dan disebut pula Hakikat Muhammadiyah (Nur Muhammad). yaitu permulaan  ta'yun (nyata pertama) merupakan kesatuan yang mengandung ketajaman dimana belum ada pemisahan satu terhadap yang lainnya. Belum ada perbedaan antara ilmu, alim, dan maklum. Atau ibarat biji  belum ada pemisah antara akar, batang dan daun.
c.   Martabat Wahidiyat yang juga disebut hakikat manusia, Wahidiyat adalah kesatuan yang mengandung kejamakan, dan merupakan ta'yun kedua dimana sebagian telah tampak terpisah-pisah secara jelas. Ibarat ilmu Tuhan terhadap Zat, sifat, dan asma serta segala perwujudan, telah pasti dalam ilmu Tuhan. Dari ketiga martabat batin (Ahadiyat, Wahdat, dan Wahidiyat) yang bersifat kadim dan tetap, muncullah empat martabat lahir dan merupakan a'yan karijah, yaitu
d.   Martabat alam arwah, yaitu segala sesuatu yang masih mujarrad atau basit.
e.   Martabat alam mitsal, yaitu ibarat sesuatu yang tersusun secara halus, tidak dapat dibagi dan tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lainnya
f.   Martabat alam ajsam, ibarat sesuatu yang telah terukur. Telah jelas tebal tipisnya, dapat dibagi-bagi.
g.  Martabat insan kamil, mencakup keenam mertabat yang terdahulu, yakni tiga martabat batin (Ahadiyah, Wahdat, dan Wahidiyat) dan martabat lahir (alam arwah, alam mitsal, dan alam afsam).

Catatan kaki :
1. Dr. Simuh Sufisme Jawa, YBB, 1995, hlm. 119
2. Mysticism. The teaching or belive that knowledge of Real Truth of GOD may be obtained through meditation or spiritual insight, independently of the mind and the senses (A.S. Horby dkk. Oxford University, hlm. 828)