Kamis, 18 Agustus 2016

Guise




Seperti seorang pengembala, ladang lebih berkuasa atas dirinya sendiri. Tidak ada yang tahu mereka yang lahir dari ladang akan menjadi seorang pengembala atau seorang petani. Tampaknya rantai kehidupan begitu kuat mengikatnya, melepaskan diri itu, ia akan kehilangan segalanya, ya sejarah kepengecutan akan diabadikan oleh sebab kondisi dan kebutuhannya. Namun jika ia tuan tunggal, maka ia juga termasuk budak tunggal, the kuat tak akan mengubah element apapun disekitarnya. Sekedar kasar energy, dan apa efeknya tanpa distribusi penyalurannya, dalam philosof Hindhu termasuk term pertama Dravaya (basic)natural eksistensi partikel meliputi earth, water, fire, air, ether, time, direction, soul, and mind. Oleh karena itu hak yang terkuat, yang, meskipun semua tampak berarti ironisnya, adalah benar-benar diletakkan sebagai subyek prinsip dasar. Angkatan adalah kekuatan fisik, dan apakah gagal untuk melihat apa efek moral yang dapat memiliki untuk menghasilkan memaksa adalah tindakan kebutuhan tanpa menghiraukan akibat yang ditimbulkannya. Patuhi kekuatan yang ada, jika hal ini berarti hasil untuk memaksa, itu adalah baik ajaran, tapi berlebihanSemua kekuasaan berasal dari Tuhan, harus diakui, tetapi begitu juga semua penyakit : artinya bahwa kita dilarang untuk memanggil dukun? Misal sebuah perampok mengejutkan saya di tepi jalan : harus saya tidak hanya menyerahkan dompet saya pada paksaan ; tapi, bahkan jika aku bisa menahannya, aku dalam hati nurani terikat untuk memberikan kasih? Untuk tentu ia memegang pistol juga kekuatan. Marilah kita mengakui kekuatan yang tidak menciptakan benar (cara), dan bahwa kita wajib mematuhi hanya kekuasaan yang sah. Dalam hal ini, asli seperti pertanyaan berulang. Sejak ada orang memiliki otoritas alami atas sesama, dan menciptakan kekuatan tidak benar, kita harus menyimpulkan bahwa konvensi membentuk dasar dari semua otoritas yang sah atasnya pelestarian. Namun untuk tingkat filsuf adalah keniscayaan, melestarikan dengan mengganti, kebijakan diambil, kebijakan dibuat, diamputasi. Seperti ladang akan tetap sama kondisinya, juga isinya.

Jika diantara term dibuat saling kontradiksi satu dengan lainnya, tanpa pembelajaran subjek yang jelas, secara keseluruhan dapat dikategorikan batal demi kewarasan pikiran kita.  Atma (Jiva) akan tetap berjalan diketinggian ketika  api mengkonsumsi seluruhnya. Seandainya kondisi ini tetap diteruskan, kondisi primitif tetap dipertahankan seperti semula, mereka yang tak mampu mengubah eksistensi dasarnya, keberlangsungan bagi pendidikan umat akan punah.  Ibarat konser tanpa perpaduan yang menarik, penonton akan jenuh dan pergi dengan sendirinya. Tiada yang lebih baik selain mengasingkan diri, daripada sulit memahami absurditas masalah yang dihadapinya. Di timur telah memberikan hymne untuk menerjemahkan deep personality dalam 6 tablet indah : Nyaya Philosophy of Logic and Reasoning, Vaisesika: Vedic Atomic Theory, Sankhya: Nontheistic Dualism, Yoga: Self-Discipline for Self-Realization,  Karma-mimamsa: Elevation Through the Performance of Duty, Vedant: The Conclusion of the Vedic Revelation. The generation of earth dalam pemahaman Judeo dikatakan : “ For six day God made the haven and the earth and all that is them is”. Simillar ini seperti arus yang kembali pada awal permulaan gelombang Pagan. Bagi sejarahwan adalah sebuah tantangan tanpa harus mengukur inner deposit, berdasarkan fakta atas kesadaran pada bidang ilmu yang ditekuninya. Holly for hollyness, kebaikan adalah term pertama dan akan kembali seperti semula (Buddhi), or say “ to Him Who made the Heaven keep in wisdom”. Tetapi sayangnya sekarang pendidikan luhur masih belum tergali penuh, dimana limbah kepentingan (politik) sudah menumpuk di atasnya, ilmu modern begitu cepat berkembang seperti badai, seketika memadamkan nyala pelita kecil, siswa penurut diminta untuk kembali ke ruangannya masing-masing sementara badai itu tetap datang silih berganti. Illusi pikiran disebabkan oleh kondisi serta kesalahan dalam penepatannya. Seperti manifestasi energy tak mutlak wujud, membentuk puzzle persepsi, titik pandangan yang tak sama lagi. Dan para filsuf akan mengajarkan kesopanan dalam citra, “Lihatlah apakah badai itu tak mengajarkanmu? ”. Tetapi kata-kata ini seperti ide yang melampui kondisi yang telah dialaminya, untuk membalikkan fakta yang teduh dan damai itulah keyakinan kita tentang Heaven. Hikmah mengambil aplikasi demi kenyamanan yang apa energy alam telah diberikan.

Dalam teology Judoe Crist awal, Tuhan adalah penuh cinta kasih, kita tahu itu Sophis Yunani meniupkan adara segar kedalamnya. Son in law of Heaven that is absurd, dan dibuang dariNya tanpa penekanan. Yang pengawal surgawi berusaha mencegahnya turun. Ini berarti pemisahan gaib yang sempurna antara terrestrial Man dan celestial Angles, subjek pengetahuan tentang hukum ruang dan waktu. Dan sabda berkelanjutan tentang manifestasi kekuatan dengan sudut yang berbeda, Glory of God and heaven, to evil will cry out in hell. Action akan berlangsung sama dengan sudut pandang yang berbeda, perumpamaan srigala akan tetap sama tugas, hanya bagaimana?  domba dapat memetik kebijaksanaan tersebut. Selama kita tetap puas dengan melampirkan ide murni metafisik untuk kata, kita akan terus berdebat tanpa tiba pada pemahaman ladang, dan ketika kita telah mendefinisikan hukum alam, kita akan ada lebih dekat definisi hukum kerajaan dan cinta kasih. Tapi ketika merenungkan subjek terdapat juga motif tambahan untuk mengatakan, bahwa tidak ada yang dibuat sia-sia, karena dalam sia-sia akan menjadi kekuatan visi jika itu mengajarkan manusia tentang apa-apa. Itu kemarahan yang disebabkan persepsi keadilan logis yang ambigu seperti mythology dewa kuno adalah gagasan persepsi antara disiplin matematika satu dan aritmatika lainnya. Kebijaksanaan adalah jalan yang tepat untuk semua pengetahuan dan proyek kesadaran yang akan diambil. Sebuah wasiat misalnya pena dan kertas akan sama dengan yang lainnya, tetapi yang lebih tepat adalah petunjuk karakter penulisannya. Di Hindhu ada dikatakan mata batin, petunjuk dalam operasi (Udharana) dengan kata lain, mengambil ungkapan seorang Maharishi “ Kami, sebagai penikmat yang telah melupakan Tuhan, yang terus-menerus terbakar di nyala api dari penderitaan tiga kali lipat dari alam semesta ilusi ini. Berbagai keinginan jahat (Anarthas) telah membuat kami melupakan benar diri-yang kita adalah hamba dan anak-anak dari Perwalian, ini nektar dan mengubah kami menjadi budak maya”. Godbless for master ocean Varuna to their Gift an Candra master of procreation. Maya still large subject of illusion atau “Jada-Vidya Yata, Mayara vaibhava, tomāra bhajane badha moha janamiyā, Anitya sasāre, jīvake karaye gādhā”. Terjemahan :“ Sifat materi maya adalah racun yang akan mematikan jiwa dan menyeretnya ke lembah non kekal (samsara) penuh penderitaan.”  Memang kadangkala setiap perdamaian tidak dapat berdiri dalam satu pimpinan yang sama, namun visi untuk menuju arah yang sama adalah tugas seni. Semacam mengambil berbagai resep bagi penyakit yang telah bervariasi, itulah yang kita namakan harapan ke depan.

Kaum liar mereka yang telah dikeluarkan karena menginjak peradapan resmi peninggalan leluhur, justru itulah sumber refleksi dari moral yang dipantulkan keluar. Ketidakmampuan menampung besar aspirasi dan praktek dalam pelaksanaannya. Salah tapi baik, benar dan absurd tapi makmur, terasa saksi nyata buram ingatannya, bahwa tidak ada peninggalan yang didirikan tanpa konsepsi hukum yang jelas.  Jika dua kepala elang disatukan satu badan tentu ia tidak mungkin bisa terbang, dan langit akan tetap kelihatan keruh. Ketika garis bayang ditarik ketengah (median) itu refeleksi yang paling tepat diambil. Tidak ada pangeran diperintah oleh langit, tidak ada hakim dan catatatan tentang kejahatan, tidak ada rasa jijik melihat degradasi moral, tidak ada tahayul yang mungkin dipercaya. Dipastikan satu sisi dari kepala elang akan bergeser menarik satu dengan yang lainnya. Itulah prisip absurd alam yang setiap tempat memiliki, dan hamba mematuhi. Dalam analogi seperti luhur harus memiliki  khusus untuk pembelajaran penerusnya.


Demikian juga untuk ladang  harus menjadi damai, kerukunan tetap terjaga serta dipertahankan, sebagian principal asalkan dia memiliki kapasitas apa-apa untuk mencela dirinya (kritik) dengan, itu penting sedikit kepadanya apakah hal-hal telah berjalan dengan baik atau buruk dalam sebuah tatanan. Jika ia makmur, ia tidak berani untuk berbagi dalam kebahagiaan berlebih, sebab takut sombongnya dapat tumbuh bangga kemuliaan; jika  itu percaya, ia diberkati oleh tangan Tuhan, untuk kesulitan yang dialami umat-Nya. Pada ladang memiliki seorang pengembala yang didirikan pada martabat luhur, itu adalah illahi kehendak bahwa itu harus dihormati, dari kekuatannya harus dipatuhi : dan jika daya masih disalah gunakan, kuasa akan mencabutnya dari itu,  lalu memberikan pelajaran di tiap jaman.


Tidak ada komentar :

Posting Komentar